Halaman

Memprioritaskan Kualitas atas Kuantitas


MEMPRIORITASKAN KUALITAS 
ATAS KUANTITAS

Yang paling penting adalah keimanan dan kemauan, 
bukan jumlah yang banyak.

Di antara hal-hal terpenting yang perlu dipriroritaskan menurut pandangan syariat ialah: Mendahulukan kualitas dan jenis urusan atas kuantitas dan volume pekerjaan. Yang perlu mendapatkan perhatian kita bukanlah banyak dan besarnya persoalan yang dihadapi, tetapi kualitas dan jenis pekerjaan yang kita hadapi.

Al Qur’an sangat mencela terhadap golongan mayoritas apabila di dalamnya hanya diisi oleh orang-orang yang tidak berakal, tidak berilmu, tidak beriman dan tidak bersyukur; sebagaimana disebutkan dalam beberapa firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikut ini;

“… akan tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya.” 
(QS. Al-Ankabut: 63)

“… akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” 
(QS. Al A’raf: 187)

“… akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” 
(QS. Hud: 17)

“… akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” 
(QS. Al Baqarah: 243)

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah…” 
(QS. Al An’am: 116)

Kita Diciptakan Allah Sebagai Makhluk yang Kuat


KITA DICIPTAKAN ALLAH 
SEBAGAI MAKHLUK YANG KUAT

Tidak ada pilihan lain jika kita ingin menang, 
kita harus menjadi orang-orang kuat

Kita diciptakan Allah sebagai makhluk yang kuat menjalani fungsi dan tuntutan hidup. Mampu bertahan untuk terus melangkah, mencari celah dan terobosan hingga sampai ke tujuan, meski diterpa banyak ujian dan rintangan. Mampu mengatasi ragam kesulitan untuk mencapai sasaran yang dituju. Memang itulah sunnah atau garis hidup yang ditentukan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Manusia pasti lebih istimewa ketimbang hewan. Hewan saja, diciptakan Allah mempunyai kemampuan unik masing-masing yang membuatnya bisa beradaptasi dan bertahan hidup sesuai dengan tuntutan alamnya. Ya, setiap jenis binatang memiliki keistimewaan dan kekhasan sendiri yang mendukungnya untuk bisa menjalani hidup di dunianya yang khas.

Ikhlas dengan Menyembunyikan Amalan


IKHLAS 
dengan MENYEMBUNYIKAN AMALAN

"Keikhlasan adalah dengan tidak melihat diri kita ikhlas."

Amru bin Tsabit menuturkan, ketika Ali bin Husain meninggal dan lalu dimandikan, pandangan khalayak tertuju pada bagian punggung cucu Ali bin Abi Thalib yang kehitam-hitaman. Merekapun bertanya, bekas apa itu? Sebagian di antara mereka menjawab, dulu Ali bin Husain sering memanggul berkarung-karung gandum pada malam hari untuk dibagikan kepada fakir miskin di kota Madinah. Karenanya, penduduk kota Madinah berkata, “Sepeninggal Ali bin Husain tak pernah lagi terdengar ada shadaqah sir (sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi).

Ali bin Husain sebenarnya bisa saja memerintahkan orang lain untuk memikul gandum itu tanpa harus membiarkan punggungnya kehitam-hitaman. Kalaupun tidak demikian, pekerjaan itu bisa juga dikerjakannya pada siang hari. Namun, ia memilih memikulnya sendiri pada malam hari yang gelap gulita. Apa pertimbangannya? Tidak lain kecuali agar kebaikannya tidak diketahui banyak orang.

Doa dan Optimisme


DOA dan OPTIMISME

Tidak ada yang mustahil bagi Allah, karena bagi-Nya cukuplah berucap, 
"Kun Faya Kun, maka jadilah."

Ketika semua jalan terasa buntu. Pandangan ke masa depan terasa suram, dimendung awan gelap tanpa harapan. Hidup didera berbagai persoalan yang mengharu biru, maka seseorang hamba yang merindu cinta ilahi, bersegera mengadukan seluruh persoalannya kepada Dia yang Maha Penolong. Dengan sebongkah hati penuh iman dan optimisme, ia berhusnuzan (berprasangka baik) kepada Allah, bahwa hanya dengan ridho dan iradah-Nya, segala awan gelap kehidupan mampu disingkirkan. Tidak ada yang mustahil bagi Allah, karena bagi-Nya cukuplah berucap, “Kun Faya kun, maka jadilah.”

Dalil Tentang Keutamaan Sabar

DALIL TENTANG KEUTAMAAN SABAR

Diriwayatkan dari Ummu Salamah, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Sholallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Tidak ada seorang pun yang ditimpa sebuah musibah lantas dia mengucapkan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, 'Sesungguhnya kami adalah milik Allah. Dan hanya kepada-Nya sajalah kita akan kembali. Ya Allah, berikanlah pahala kepadaku (ketika bersabar menghadapi) musibahku. Dan berikanlah kebaikan (berupa pahala) untukku dair musibah tersebut', maka Allah akan memberikan kebaikan bagi orang itu sebagai ganti dari musibah yang telah dia terima."

Ummu Salamah kembali berkata: Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata, "Orang muslim manakah yang lebih baik dari Abu Salamah (suamiku)? Dia adalah keluarga pertama yang hijrah kepada Rasulullah Sholallahu 'alaihi Wa Sallam. Ketika aku ditinggal mati olehnya (Abu Salamah) aku mengatakan kalimat doa (yang diajarkan oleh Rasulullah) tersebut. Ternyata Allah menggantikan (kedudukan suamiku yang baru saja meninggal dunia) dengan (dipersunting oleh) Rasulullah Sholallahu 'alaihi Wa Sallam."

(HR. Muslim)

Ingatkan Diri Anda dengan Surga

INGATKAN DIRI ANDA DENGAN SURGA


Di surga terdapat sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terbersit di hati manusia.


Jika anda merasa kelaparan, kekurangan, sedih, sakit dan tidak mendapatkan hak yang semestinya anda terima di dunia ini atau merasa dizhalimi, ingatkan diri anda dengan berbagai kenikmatan yang akan anda dapatkan di akherat nanti. Bila anda meyakini hal ini dan berbuat sesuatu untuk tujuan ini, tentu berbagai macam kerugian ang anda alami akan menjadi keuntungan dan cobaan berat menjadi anugerah.